|

Sejarah Dunia Perfilman Nasional Bergulir Dualisme Parfi Berakhir

Ket gambar: Dr. Kun, Febryan Adhitya, Yos Santo dan Soultan Saladin, 30 Agustus 2019, Pasar Bersih Sentul City. 

OBORKEADILAN.COM| JAKARTA| Bertempat di bilangan Pasar Bersih Sentul City, Jumat 30 Agustus 2019, kedua PARFI yang selama ini membuat PARFI menjadi dualisme, berakhir sudah. Ditandai dengan ditandatanganinya Nota Kesepakatan untuk meleburkan kedua organisasi antara Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PARFI pimpinan Aktor Kawakan Senior Soultan Saladin sebagai Pjs Ketua Umum (ketum) dengan pimpinan Pengurus Besar (PB) PARFI Febryan Adhitya, sebagai Ketumnya. Momentum bersejarah bagi dunia Perfilman ini disaksikan oleh Sekjen DPP Parfi Dr. Kun Nurachadijat dan Wakil Ketua Umum PB Parfi Yos Santo.

Acara yang semi formal namun sarat aura haru dan semangat untuk membuat PARFI guyub padu kembali berjalan khidmat.

"Ini momentum yang sangat bermakna, PARFI harus bersatu kembali supaya marwah PARFI kembali utuh seperti sebelum kongres XV di Lombok 2016" tegas Ketum PB PARFI Febyan. Yos Santo selaku wakil Ketum PB Parfi berharap agar PARFI bisa segemilang pada era Soekarno M Noor dan penggabungan kedua PARFI ini dapat merekatkan kembali para aktor/aktris film senior yang kini terserak di organisasi organisasi perfilman lainnya diluar PARFI, "kita malu kepada para senior, yunior dan masyarakat Iuas kalau seperti kemarin terus. Dualisme memang sudah harus diakhiri sekarang juga" yakin Yos Santo.

PJS Ketua Umum DPP Parfi Soultan Saladin lebih melihat masa depan PARFI setelah penyatuan kembali, lebih memiliki reposisi yang strategis, "Parfi baru, di era milenial. Kedepannya harus benar benar diisi oleh orang-orang yang memang memiliki jiwa keartisan dan seni dalam arti luas. Tinggalkan sifat-sifat yang terstigma tentang orang-orang PARFI selama ini, suka hedon foya-foya mau enaknya saja sehingga lemah dalam manajerial. Ini saatnya kita berjuang bukan atas nama kepentingan kelompok lagi tapi kepentingan nasional, dimana film-film nasional harus menjadi pribumi di negerinya sendiri" ujar Soultan berapi-api.

Dr. Kun menilai bahwa peristiwa ini adalah suatu sejarah. Kun bersyukur dan sangat terharu, tidak hanya tahu pergulirannya tapi juga secara kebetulan menjadi bagian dari sejarah itu sendiri karena 2 tahun lebih ia bersama Soultan Saladin "bergerilya" agar PARFI tidak vacuum of power, tetap memiliki denyut, hingga kini guyub kembali. Baginya, kiprah tetap menjaga agar PARFI tidak mati suri selama ini, meskipun secuil tapi setidaknya turut berjuang bagi bangsa membendung arus deras serbuan budaya asing pengoyak kearifan lokal yang menunggangi tsunami globalisasi, ditengah persatuan bangsa sedang diuji. "Setidaknya ancaman perang modern, berupa perang "cuci otak" melalui film salah satunya, dapat diredam agar bangsa kita tidak kian asing dengan budaya sendiri. Dan semoga kita masih memiliki berkepribadian yang berkebudayaan ditengah liberalisasi dalam banyak hal" tutur pemeran pembantu peran utama di salah satu film thiller besutan sutradara Bayu Pamungkas di 2009.

Pertemuan ini selain akan ditindaklanjuti audiensi ke Menkumham RI, Mendagri dan Mendikbud dengan puslitbang filmnya, juga akan segera membentuk presidium dan care taker hingga kongres PARFI bersama terselenggara secepatnya.(*)

Editor: Redaktur 
Penanggung Jawab Berita: Obor Panjaitan 
Komentar

Berita Terkini