|

Diary Andi


Ilustrasi Diary.

OBORKEADILAN.COM| Medan. (30/08/19) Suasana duka menyelimuti pemakaman Andy yang kematiannya misterius. Keluarganya dan kami, teman-teman sekelasnya tidak menyangka Andy pergi secepat ini. Dugaan sementara Andy keracunan minuman setelah pemeriksaan medis. Disini aku berdiri disamping Kevin dan Fira memandangi nisan bertuliskan nama Andy.
Setelah pemakaman, kami berpamitan kepada keluarga Andy. Besok kami akan kuliah seperti biasanya. Kami izin dua hari tidak masuk kuliah karena menghadiri pemakaman Andy. Selama perjalanan pulang, Kevin dan Fira hanya diam. Hanya ada suara musik di mobil kevin dan deru mesin.

“Vin, menurutmu Andy keracunan atau diracuni?” tanyaku memecah keheningan yang daritadi melanda.
“Gak tau sih. Hasil medis sih keracunan,” Jawab Kevin masih dengan tangan menyetir mobilnya
“Kalau menurutmu, Fir?” Aku bertanya pada Fira yang duduk di bangku belakang.
“Gak tahu.  Udah ah Na, mending doain sih Andy. Daripada bahas gitu,” ujarnya malas dan memilih untuk tidur.

Mereka mengantarku sampai ke depan rumahku. Seraya aku membuka kunci rumah, aku melihat sekilas bayangan hitam mengawasiku. Ah, mungkin aku terlalu lelah dua hari ini. Selesai mandi dan berganti baju aku memutuskan untuk tidur.
“Ratna, kamu harus bantu aku!”Andy memohon kepadaku dengan wajah kasihan.
“Bantu apa?” jawabku.
“Cari tahu siapa Afia!”
Jantungku berdegup kencang saat kusadari mimpiku tentang Andy. Keringat bercucuran dengan deras membasahi piyamaku. Jam dinding menunjukkan pukul 09.00 tepat setengah jam lagi kelas dimulai. Aku segera bergegas bersiap-siap dan berangkat. Aku terburur-buru pergi dan memilih transportasi online agar bisa cepat sampai.

Aku terlambat lima menit sampai di kelas dan terpaksa mengambil kursi di sebelah Kevin. Tetapi, ini situasi yang tepat untuk membicarakan hal ini. Kami duduk di bangku belakang bisa dibilang bangku belakang.
“Tumben telat,” kata Kevin sambil mengunyah chips nya.
 “Gara-gara mimpiin Andy,” jawabku
“Itu tandanya Andy minta doa samamu,”
 “Ya, mungkin,”
“Eh, Afia gak hadir ya?”
“iya, yah Vin. Biasanya juga dia duduk di belakang,”
Afia orang yang baru saja kami ceritakan adalah orang yang misterius. Jarang berbicara panjang lebar pada kami.

Wajahnya datar dan tak pernah tersenyum bahkan kami tak ada yang dekat dengannya. Aku merasa dia itu seperti psikopat,  jika tersenyum seperti menyeringai. Dia penghuni bangku belakang seperti tak terlihat. Bahkan bagi beberapa orang disini, dia tak pernah dianggap ada. Beberapa hari kemudian aku mendapat mimpi yang sama dan lagi-lagi Afia tidak hadir di kelas. Hingga seminggu kemudian ada kabar Afia pindah kampus.
Setelah itu aku pulang ke rumah dan terkejut mendapati tas kesayanganku koyak. Terpaksa aku harus mengganti tas. Aku mengeluarkan semua isi lemariku dan menemukan tas abu-abu yang jarang ku pakai. Ku keluarkan semua isinya dan mendapati satu buku catatan berwarna biru dan tertulis Andy’s Diary. Jadi ini punya Andy?  Kenapa bisa di tasku? Lama berpikir akhirnya aku tahu kenapa buku ini ada di tas ku. Ingatanku kembali ke waktu itu, saat pulang kuliah kami duduk di halte untuk diskusi.

“Na, suatu saat kau harus baca buku ini!”kata Andy sambil mengeluarkan buku biru dari tasnya. “Buku apa ini?” Aku mengernyitkan dahiku “Diary ku,”jawab Andy dengan cengiran khas nya memasang wajah tanpa dosa miliknya.

Senyumnya melebar seketika dan aku tertawa kecil menerima itu, bagaimana bisa lelaki ini punya buku harian?  Andy pun terlihat malu saat mendapatiku tertawa kecil. Namun, raut wajahnya mendadak berubah saat melihat Afia melintas. Aku tersenyum ke arahnya dan ia membalas senyumku. Sejenak aku berpikir, senyumnya seperti sebuah seringaian lebih tepatnya. Gelagat Andy pun menjadi berbeda setelah seringaian milik Afia tadi. Beberapa saat kemudian Andy pamit pulang dan lari terburu-buru.

Sebenarnya ada hubungan apa antara Andy dan Afia? Sedekat apa mereka? ku coba membuka lembaran demi lembaran di buku itu. Selain tertulis biodata Andy lengkap lembar kedua berisi foto siluet seorang gadis memegang bunga. Gadis itu berambut pendek dan memakai sweater. Seperti familiar, tetapi siapa?
Deg! Aku kaget setengah mati melihat tulisan dan foto itu. Tidak, aku tidak cemburu sama sekali. Tetapi aku masih heran apakah mereka saling suka atau hanya Andy yang menyukai Afia diam-diam? Tunggu,kenapa jadi membahas hal ini? Dengan rasa penasaran aku membuka lembar kedua halaman kedua.

Aku masih belum menemukan hubungan apa diantara mereka berdua. Sudahlah, mungkin masih banyak jawaban yang  belum ku temukan. Aku menutup buku itu dan meletakkannya di meja. Saat aku memejamkan mata, sekilas terdengar suara piring pecah di dapur. Aku beranjak dan melihat ke dapur,ternyata hanya kucing kurang kerjaan yang memecahkan piring.
Keesokan harinya, aku merasa rumahku seperti ada teror piring pecah,  jejak kaki dan surat misterius di depan pintu rumahku.

Apa-apaan ini? Apa ini ulah orang iseng atau ada petunjuk lain. Aku mengunci pintu rumahku untuk berangkat kuliah dan kudapati kertas misterius lagi. Siapa lagi yang berani iseng sepagi ini.
“Jangan coba-coba cari tahu siapa aku!”Tulisan macam apa itu? Iseng sekali orang yang menulis ini dan jelas kertas itu ku buang ke tempat sampah. Dan aku mencari kendaraan umum untuk pergi ke kampus.

Kevin dan Fira masih sibuk dengan laptop mereka. Tumben sekali mereka serajin ini membawa laptop ke kampus. Suasana kelas masih lengang, jumlah penghuni kelas masih bisa dihitung dengan jari.
“Pagi, Kevin!” sapaku saat melintas di depan bangkunya.
“Eh, Pagi!” jawabnya gelagapan saat aku tak sengaja mengintip layar laptopnya.
“Kalian berdua tahu gak? Gara-gara buku Diary almarhum Andy aku sering dapat teror.”kataku sambil menaruh tasku di bangku yang posisinya tepat di tengah mereka berdua.
“Hah? Teror?” jawab Fira dan Kevin kaget secara bersamaan. Bisa ku pastikan mata Kevin hampir keluar dan Fira hampir membanting laptopnya.
“Iya, kertas misterius aneh, piring- piring di rumahku banyak yang pecah tapi gak tahu siapa yang pecahin,”
“ih, seram” kevin bergidik ngeri sambil menutup matanya sebelah.
“Tapi, koq bisa buku almarhum Andy sama kamu?” Tanya Fira dengan gestur alis yang saling bertautan.
“Udah lama sih sama aku. Seminggu sebelum dia meninggal sih”

Malam harinya aku membuka lembaran demi lembaran isi cerita kehidupan Andy. Semua cerita tentang perjuangannya melawan rasa malasnya. Aku tertawa kecil membacanya. Andai saja, dia masih hidup mungkin kami akan tertawa seperti waktu itu. Dia adalah teman yang baik bagiku.Bukan buku harian Andy jika tak punya kejutan tentang Afia. Aku menemukan foto lagi, kali ini bukan foto Afia tetapi foto mereka berdua merayakan pergantian tahun baru. Mereka terlihat memakai warna pakaian yang  sama dan Afia memakai kupluk.

Buku itu banyak berisi kebersamaan Andy dan Afia. Namun, yang membuatku terkejut adalah Afia menderita skizofrenia dan pernah membunuh banyak orang. Ketika dia membunuh orang, dia pikir itu imajinasi. “Jadi Afia itu sakit jiwa? Apa dia yang membunuh Andy?” aku tak percaya seraya menutup mulutku. Suara ketukan pintu terdengar, mungkin itu Fira. Aku membuka pintu rumahku dan aku benar-benar terkejut dengan siapa yang datang. Gadis berambut pendek itu hadir tepat di depan mataku.

“Hai!” sapanya dengan senyum yang lebih pantas disebut seringai
“Jangan coba-coba cari tahu siapa aku! Aku sudah memperingatkanmu Ratna sayang,tetapi kau abai. Mungkin ini maumu,” Tangan kanannya mengacungkan pisau ke arahku dan sialnya aku tak bisa berlari.  Aku hanya mematung di depan pintu.

Penulis adalah Miftahul Zannah ( Mahasiswa PBI UIN-SU)
Editor : Fratama
Penanggung Jawab : Obor Panjaitan
Komentar

Berita Terkini