|

Pancasila Solusi Bagi Dunia Jika dan Hanya Jika Sudah Bermetodologi Yang Logis Rasional

Gambar : Akademisi, Dr. Kun Nurachadijat, dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis (FEB) Universitas Binawan. Abdul Rahmat Shaleh, perwakilan dari ormas, direktur Lanskip & sekretaris umum Forum Komunikasi Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kota Bogor, serta wakil dari Birokrat Drs. Dadang Sugiarta, M.Si , kepala Kesatuan & Kebangsaan (Kesbang) Kota Bogor.


Bogor-Jawa Barat | Media Nasional Obor Keadilan-Kemendagri, melalui Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) menggelar Forum Dialog Pendidikan Politik Bagi Masyarakat, berlangsung di Hotel Royal, Jln Paledang Bogor (Rabu, 9 Mei 19).

Dengan Narasumber perwakilan akademisi, Dr. Kun Nurachadijat, dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis (FEB) Universitas Binawan. Abdul Rahmat Shaleh, perwakilan dari ormas, direktur Lanskip & sekretaris umum Forum Komunikasi Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kota Bogor, serta wakil dari Birokrat Drs. Dadang Sugiarta, M.Si , kepala Kesatuan & Kebangsaan (Kesbang) Kota Bogor.

Acara yang buka oleh Sekretaris Ditjen Polpum Didi Sudiana, S.E.,M.M. dihadiri pula oleh Direktur Politik Dalam Negeri Drs. La Ode Ahmad , M.Si
 dan Kasubdit Pendidikan Etika dan Budaya Politik, Cahyo Ariawan, S.H., M.H.

Dadang Sugiarta M.Si dalam materinya memaparkan bahwa bangsa Indonesia sebenarnya sudah siap dengan pemilu langsung, karena budaya bangsa Indonesia sarat dengan nilai nilai kesantunan n kesopanan. Hanya karena para penyelenggara negara kurang mengedepankan nilai nilai silaturahmi, maka masyarakat "relatif" menjadi beringas. "Sebetulnya bila para pejabat ramah dan melakukan pendekatan kekeluargaan, maka rakyatpun bisa tetap guyub" tegas Dadang yang baru 4 bulan menjabat kakesbang Bogor ini.

"Dulu tatkala sebelum pemilu 17 April, analisa saya bahwa partisipasi masyarakat akan mencapai banyak 80 %, banyak pejabat yang sangsi. Tapi setelah pemilu, tingkat partisipasi masyarakat pada pemilu malah 89%. Ini yang sangat membahagiakan. Masyarakat, terutama para pemuda kini tidak menyia nyiakan pemilu yang menelan biaya Rp 24,9 trilyun ini" ujar Rahmat dengan sumringah.

Sedangkan Dr. Kun dalam penyampaian materinya, memaparkan bahwa dalam pertumbuhan organisasi, ada pakem proses mulai fase forming (pembentukan), storming (fase ta'aruf, saling menyesuaikan), norming (fase nilai nilai sudah terbentuk) lalu performing (puncak kinerja). Indonesia, menurutnya sudah berkali kali sudah di fase storming, namun selalu tidak optimal. Sumpah pemuda adalah forming pertama dari bangsa Indonesia, lalu hingga 17 Agustus 45 storming berakhir. Norming dimulai 18 Agustus 45 namun itu sekaligus fase storming ke dua dari bangsa ini. Dicirikan dengan gegap gempitanya seorang bung Karno menyuarakan pembentukan karakter nasional bangsa. "Karena hanya negara Indonesia yang membentuk negara dulu baru pemantapan kebangsaannya menyusul. Lain dengan India, Jepang, Thailand dan lain lain, dimana diawali bangsa sebagai paguyuban bertransformasi menjadi patembayan atau organisasi formal yang disebut negara. Syukurilah keunikan bangsa kita. Kita direkatkan oleh aspek Ketuhananan, itu yang mengikat bangsa ini menjadi satu, yakni Pancasila" gelora Dr. Kun dengan berapi api disusul tepuk tangan riuh dari yang hadir.

"Kini, pemilu April 2019 ini adalah fase storming yang ke 3 dari proses kenegaraan Indonesia. Jangan sampai ikatan kebangsaan kalah oleh ikatan kesukuan, agama, ras dan ikatan keningratan, jangan! Karena itu akan set back ke masa storming tahap pertama (1928 - 1945) dari bangsa ini" mantap ketua komisi ideologi politik FKDM dan Wakil ketum Dewan Kesenian dan Kebudayaan (DK3B) Kota Bogor ini.

"Pancasila adalah solusi, hanya saja ia sebagai ontologi, masih tidak memiliki epistemologi atau metodologi, sehingga tidak pernah aplikatif ke tataran aksi atau pola perilaku & pikir dari masyarakat. Masyarakat dengan Pancasila kini, bak apa yang Prabu Siliwangi wangsitkan dulu, ibarat monyet keur ngagugulung kalapa (Monyet yang hidup di habitat buah kelapa tapi tidak tahu cara mengupasnya)" yakin Kun dalam menjawab pertanyaan dari tokoh masyarakat cendikiawan muslim M Ma'sum apakah solusi agar bangsa ini lulus dari fase storming ke 3 di era reformasi ini, sehingga masuk ke fase norming yang founding fathers harapkan.

"Perlu penanaman Pancasila seperti Orba lakukan dengan penataran P4 nya, tapi kontennya jangan indoktrinasi lagi, kembangkan suatu epistemologi/metodologi yang logis rasional dan memberdayakan. Ini tantangan bagi kemendagri & lemhanas serta Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Bila metodologi ini ketemu, maka Merah Putih/Pancasila akan berkibar di seluruh dunia" yakin dosen pasca sarjana STAI Sukabumi dan penggagas metodologi shifting paradigm Visi Merah Putih (VMP) ini disambut tepuk tangan antusias dari hadirin.

Dialog yang mencerahkan ini, dimoderatori oleh Frans M Rumbino Kesbang Kota Bogor dan ditutup dengan kebulatan tekad yang Dadang Sugiarta dan Abdul Rahmat pimpin, yang intinya masyarakat Kota Bogor khususnya akan menerima hasil KPU 22 Mei esok, dengan sportifitas dan penuh rasa kebangsaan. [ Oke ]

Komentar

Berita Terkini