|

Memenangkan Hati Warga Nahdliyin Sebagai Strategi Menyatukan Dalam Pesta Rakyat



MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN | Pemilihan presiden dan wakil presiden yang akan berlangsung pada 2019 mendatang mulai panas dibicarakan akhir-akhir ini. Banyak desas desus terkait pasangan calon yang bakal maju pada pemilu tahun depan itu. Hal ini membuat sejumlah partai politik mulai menentukan keputusannya untuk mengusung bakal calon presiden dan wakil presiden ataupun menentukan keputusan untuk berkoalisi dengan partai lain untuk memenangkan paslon yang menjadi perwakilan partai.

Sebelum memutuskan untuk bergandengan dengan partai lain dalam pemilu presiden 2019 mendatang, partai politik terlebih dahulu memulai koalisi dengan partai lain dalam pilkada yang akan berlangsung serentak pada 27 Juni 2018. Salah satu yang ramai disoroti berbagai media adalah pilgub Jawa Tengah dengan calon gubernur Ganjar-Yasin dan Sudirman-Ida. Pasangan calon Sudirman-Ida merupakan paslon yang diusung oleh PKB, Gerindra, PKS dan PAN. Sebelum menyatakan diri berkoalisi dengan tiga partai lainnya, PKB digadang-gadang melakukan proses pendekatan dengan PDIP akan  tetapi tak juga mendapatkan titik temu.

Akhirnya pada Minggu (7/1/18) PDIP mengumumkan menggandeng calon gubernur Ganjar-Yasin.
Setelah tak menemukan jalan untuk bersatu dengan PDIP, PKB kemudian memutuskan untuk mendukung paslon Sudirman-Ida bersama tiga partai lainnya, keputusan ini disampaikan pada Selasa (9/1/18). Bersatunya PKB bersama Gerindra, PKS dan PAN jelas bukan tak memiliki tujuan, mengutip dari Katadata.co.id (9/1/18), medekatnya ketiga partai tersebut kepada PKB bukan tanpa alasan melainkan untuk memenangkan hati warga Nahdliyin karena preferensi pemilih di Jawa Tengah yang memiliki kedekatan dengan NU cukup besar, sehingga untuk menyaingi paslon Ganjar-Yasin, maka memilih Ida sebagai wakil calon bupati dianggap strategi yang mumpuni dimana Ida saat ini merupakan Ketua Umum Pengurus Pusat Fatayat NU dan Ketua Lembaga LKKNU. Strategi ini diharapkan mampu merebut hati masyarakat terutama perempuan dan warga NU.

Selain di Jawa Tengah, paslon gububernur yang mendapat banyak sorotan adalah pasangan calon bupati Jawa Timur yaitu Gus Ipul-Puti dan Khofifah-Emil. Mengutip dari Tempo.co (13/2/18), berdasarkan hasil survei terbaru dari Poltracking Indonesia, elektabilitas paslon Gus Ipul-Puti Guntur masih berada di bawah paslon Khofifah-Emil. Padahal Gus Ipul telah medapat dukungan dari partai yang kuat di Jawa Timur yaitu PKB. Menurut Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yuda, pemilih dari PKB tak solid dalam mendukung paslon Gus Ipul-Puti, pemilih PKB justru lebih banyak mendukung Khofifah-Emil.
Sebagai salah satu partai yang besar, Gerindra secara formal menyatakan dukungan terhadap Gus Ipul-Puti, meski partai ini sejak awal menginginkan koalisi dengan PKS dan PAN . Hal ini yang dikatakan oleh Wakil Ketua DPP partai Gerindra sebagai alasan tidak solidnya dukungan gerindra terhadap paslon Gus Ipul-Puti.

Menyikapi hal ini, banyaknya dukungan didapat oleh paslon Khofifah-Emil dari partai PKB bukan tanpa alasan melainkan Karena Khofifah merupakan salah satu kader terbaik yang dimiliki oleh NU dan kiprahnya dalam masyarakat khususnya kaum perempuan tak bisa lagi diragukan. Hal ini membuat Khofifah mendapat tempat khusus di hati masyarakat terutama perempuan dan warga NU. Hal yang sama juga bisa dilihat dari paslon gubernur Jawa Tengah yaitu Sudirman-Ida yang memilih strategi yang hampir sama dengan Khofifah-Emil. Strategi yang digunakan adalah berusah mengambil hati masyarakat indonesia yang pada umumnya merupakan warga nahdliyin. Dengan berkoalisi bersama partai politik yang telah mendapatkan tempat di hati masyarakat dan bekerja sama dengan organisasi kemasyarakatan yang kuat, maka kemungkinan memperoleh kemenangan dalam pemilu bisa dikatakan lebih besar.
Hal ini dikarenakan kepercayaan masyarakat telah didapatkan.

Kembali pada desas desus pilpres tahun depan, Prabowo Subiyanto dikabarkan maju dalam pemilihan pemimpin negara dan akan bersaing dengan Presiden Jokowi yang dikabarkan akan melanjutkan memimpin Indonesia dua periode. Namun, banyaknya hastag “2019 ganti Presiden” maka masyarakat seolah menginginkan angin baru dalam pemerintahan. Prabowo digadang-gadang mendapat banyak dukungan dari masyarakat untuk menggantikan pemerintahan presiden Jokowi. Berangkat dari partai Gerindra, dikabarkan banyak partai poitik yang akan berkoalisi dengan partai tersebut. 

Sementara, partai yang dikabarkan  merapat dengan Jokowi adalah partai PKB, namun Sekretaris PKB, Abdul Kadir Karding saat dihubungi pada Senin (9/4/18) menyatakan bahwa secara gamblang, PKB belum ada keputusan dan sikap.
Berkaca dari strategi yang digunakan oleh paslon pada pilgub Jawa Tengan dan Jawa Timur, memenangkan hati warga nahdliyin dianggap strategi paling jitu untuk menang dalam pemilu. Seperti yang kita ketahui, Prabowo mulai mendapat aliran dukungan dari berbagai kalangan masyarakat, maka melihat hal ini Gerindra hanya perlu mempertimbangkan dengan siapa akan bergandeng untuk memenangkan pilpres 2019 mendatang. Jika hati masyarakat dan warga nahdliyin telah dimenangkan, maka tidak mustahil untuk mensukseskan Prabowo di Pilpres tahun depan.[Zeyn Ar-Rahman] 

Penanggung Jawab : Obor Panjaitan

Komentar

Berita Terkini