|

RUNTUHNYA ILMU EKONOMI: AKIBAT KESERAKAHAN MENJELMA JADI KAPITALISME

Teks gambar: Ekonom Iluni UI, Dr. Kun Nurachadijat

                 

Penulis : Ekonom Iluni UI, Dr. Kun Nurachadijat

Media Nasional Obor Keadilan | Banyak orang yang pro dan kontra terhadap yang disebut Pembangunan Kapitalisme. Saking kesalnya banyak juga yang akhirnya membenci pembangunan ekonomi, terutama mereka, dalam pertarungan identitas klasik, yang dikategorikan sebagai yang berhaluan kiri

"Ekonom senior, Michael P. Todaro mengartikan pembangunan sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan masyarakat, yaitu perubahan politik, struktur sosial, nilai sosial dan struktur kegiatan perekonomian alias mempertinggi taraf kehidupan."

Sampai disini awan kelam yang menyelimuti perbedaan antara pembangunan ekonomi dan pembangunan kapitalisme, masih tetap pekat.

Apa pasal?

Rancunya Definisi Ilmu Ekonomi

Bagi mahasiswa yang berkuliah di jurusan ekonomipun, banyak yang masih belum _firm_ membedakan antara keduanya. Kebanyakan mentafsirkan ekonomi
sebagai pemuasan keinginan yang tidak terbatas. Karena di _text book_ dasar dasar Ekonomi, yang kerap digunakan Richard Lipsey _”Economics is the study of the use of scarce resources to satisfy unlimited human wants"_ yang mana "wants" disini diartikan sebagai *kebutuhan*.
Sehingga para mahasiswa Ekonomi dengan gegabah menyimpulkan Ilmu Ekonomi sebagai Ilmu yang mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas. Padahal secara terang benderang Lipsey menegaskan bahwa yang tidak terbatas itu adalah Keinginan atau _wants_.

Yang Lipsey maksud adalah kebutuhan, dikuatkan oleh konsep pareto optimum yang digadang gadang dalam studi ilmu Ekonomi terutama ilmu Ekonomi Pembangunan.


Menurut Vilfredo Pareto 1848 - 1923 alokasi sumber daya dikatakan efisien bila barang dan jasa yang tidak dapat direalokasikan (reallocated ) antar konsumen tanpa membuat salah satu konsumen dirugikan ( tingkat kepuasan menurun ). Prinsip ini disebut prinsip Optimalisasi Pareto ( Pareto efficiency )

Pengertian akan Konsep Pareto Optimum oleh Francis Ysidro Edgeworth 1845 - 1926, seorang filosof & ekonom politik kebangsaan Irlandia, disempurnakan dengan cemerlang melalui penjabarannya menggunakan himpitan _Indiference curve_ -yang masing masing cembung terhadap titik 0- dari dua orang yang saling bertukaran barang & jasa terjadi pada titik paling efisien (titik pertemuan teroptimal kurva cembung yang saling membelakangi). Penemuan Francis Edgeworth yang memberikan kontribusi sangat berpengaruh dalam khasanah ilmu Ekonomi ini dinamakan Edgeworth Box.

Manusia Rasional, Tidak Serakah

Oya, _Indifferent Curve_ (IC) atau Kurva Kepuasan Sama itu sendiri gampang gampangnya adalah keadaan dimana seseorang merasakan manfaat tertinggi yang dapat dibeli dari keterbatasan maksimal uang yang seseorang itu dapat belanjakan.

Para pengkritik IC, menganggap asumsi IC itu terlalu menyederhanakan masalah, karena pilihan pilihan manusia modern  tidak bisa diukur juga preferensi manusia modern kini tidak hanya memilih diantara dua komoditi saja sehingga IC itu tidak melulu cembung, bisa berbentuk cekung bahkan lingkaran.

Itu bukan masalah yang berarti jika kembali ke hakekat Ilmu Ekonomi yakni _maximalization utility_ atau memaksimalkan faedah/manfaat atau fungsi. Jadi benar, Ilmu Ekonomi hanya berlaku bagi mereka yang rasional. Menghabiskan faedah suatu barang hingga batas maksimal.

Dengan kata lain, seseorang dianggap tidak rasional apabila fungsi suatu barang belum maksimal untuk dinikmati, sudah ditinggalkan untuk pindah menikmati barang yang lain. Ini yang memplesetkan ekonomi murni menjadi kapitalisme. Dari pemuasan Kebutuhan atau _Needs switch_ menjadi pemenuhan Wants yang tiasa batas.

Dalam kondisi seseorang menjadi memuaskan keinginannya, maka alokasi barang & jasa menjadi tidak berjalan pada rel yang tepat atau inefisiensi berujung pemborosan. Maka kurva _Indifferent Curve_ atau IC tidak berlaku, sehingga Edgeworth pun gagal bekerja ujung ujungnya Pareto Optimum pun hanya sebatas angan angan. Ini lazim dikenal sebagai Gagal Pasar.

Dalam kondisi inefisiensi Pareto  inilah Kapitalisme pun bekerja. Dan menurut Joseph Eugene Stiglitz, pemenang Nobel Ekonomi 2001, kehancuran Ekonomi ini akibat Keserakahan.


Kesimpulan

Kembali ke topik, disimpulkan bahwa Pembangunan Ekonomi hanya bekerja apabila para pelakunya memuaskan fungsi yang dikonsumsikan hingga batas maksimal. Sedangkan pembangunan Kapitalisme, elemen elemen pelakunya tidak memaksimalkan faedah dari komoditi yang dikonsumsinya akibat keserakahan atau _wants_.

Dan dalam suatu perekonomian yang sudah mleset ini, maka ukuran kesejahteraan melalui pertumbuhan Produk Domestik Bruto menjadi rancu karena produk yang dihasilkan domestik tidak terkonsumsi faedahnya secara maksimal. Disamping itu memang taraf hidup tinggi tidak memerlukan banyaknya komoditi yang dimiliki namun pada kecukupan barang & jasa terbatas tetapi bisa dinikmati secara maksimal faedah atau fungsinya. Inilah konsep Makmur yang sejatinya. Dengan kata lain, Makmur itu berbanding lurus dengan rasa bersyukur.

Indikator ketidakrasionalan sederhananya, masyarakat masih membudayakan barang yang baru lunas cicilannya -demi gengsi- dijual untuk dijadikan uang muka/DP untuk menyicil barang sejenis yang lebih jaman _now_, padahal masih banyak _feature_ ( _utility_ yang belum maksimal) pada barang yang baru lunas itu yang belum termaksimalkan manfaatnya.

"Dunia bisa memenuhi seluruh kebutuhan ( _Needs_ ) manusia, tetapi tidak cukup bagi satu orang yang serakah (mengedepankan _wants_)"  -Mahatma Ghandi-

Dr. Kun Nurachadijat. Ekonom Iluni UI, Praktisi Pengembangan Sumber Daya Manusia. Dr iluni Universitas Pakuan.

Kabid Ideologi & Politik FKDM Kota Bogor. Waketu Bid Organisasi DK3B. Kalitbang Pengurus Pusat Purna Paskibraka Indonesia. KBFKPPI, Trainer Nasional NDP HMI. Sekjen DPP Parfi.

Visi Merah Putih Founder

Karya Penulis 

Ekonom Iluni UI, Dr. Kun Nurachadijat
Komentar

Berita Terkini